Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 - 1683) adalah putra Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia
Ilustrasi Sejarah Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa. Foto dok. Danika Perkinson UnsplashSejarah perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu bagian sejarah pahlawan Indonesia yang penting untuk dipelajari masyarakat Indonesia, baik anak-anak maupun orang tua. Untuk mengetahui bagaimana perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan penjajah, simak pembahasan sejarah perjuangannya dalam artikel berikut Sejarah Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dan Biografi SingkatnyaIlustrasi Sejarah Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa. Foto dok. Gülfer ERGİN UnsplashNama Sultan Ageng Tirtayasa tentu bukan lagi menjadi nama yang asing di telinga masyarakat Indonesia. Sosok Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang berjasa dalam mempertahankan keutuhan Indonesia di masa penjajahan. Beliau lahir di Banten pada tahun Komandoko, dalam buku berjudul Kisah 124 pahlawan & pejuang Nusantara 2006 338 menyebut, Sultan Ageng Tirtayasa yang juga dikenal dengan nama kecilnya Abdul Fatah merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang berjasa dalam kemerdekaan Ageng Tirtayasa lahir pada tahun 1631 di Banten dan wafat di Batavia pada tahun 1692. Saat menjabat sebagai Sultan Banten di usia 20 tahun, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan masyarakat Banten untuk menolak menjalin kerjasama dengan VOC yang merupakan pihak Ageng Tirtayasa juga berhasil membongkar blokade laut Belanda. Tak hanya itu, ia juga berhasil melakukan kerjasama dengan bangsa Eropa lainnya seperti Denmark dan Inggris. Lebih lanjut, perjalanan sejarah perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dijelaskan dalam buku berjudul Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler yang ditulis oleh Amir Hendarsah 2009 17.Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa bentuk perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam mempertahankan Indonesia dibuktikan dengan kesemangatannya melawan Belanda. Dengan dukungan rakyat Banten, dua kapal milik Belanda hanya itu, kebun tebu dan kebun teh milik Belanda juga dihancurkan oleh masyarakat Banten sehingga kerugian yang dialami Belanda cukup besar. Pergerakan ini membuat Belanda terpaksa menutup kantor dagangnya yang ada di Belanda. Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-Raja Banten yang berlokasi di sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama. Atas jasa-jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus mengenai sejarah perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa ini dapat Anda pelajari dan teladani sehingga dapat menghidupkan nasionalisme dalam diri. DAP
bab2. perang melawan kezaliman kolonialisme 35 sejarah (wajib) - 11 sma tipu muslihat Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia sampai meninggalnya pada tahun 1692. 5. Perlawanan Goa Kerajaan Goa merupakan salah satu kerajaan yang sangat terkenal di Nusantara. Pusat pemerintahannya berada di Somba Opu yang sekaligus menjadi pelabuhan Kerajaan Goa. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Bangsa yang besar ialah bangsa yang mengenal perjuangan para pahlawannya”Baru beberapa hari yang lalu kita, kaum muda memperingati Hari Sumpah Pemuda. Hari yang mudah-mudahan masih bukan sekedar diperingati, tapi juga menjadi momentum penyemangat tiap tahunnya bagi kita kaum muda untuk terus berkarya bagi bangsa ini. Perjuangan kita saat ini memang bukanlah mengangkat bambu runcing dan melawan para penjajah, perjuangan untuk berkarya bagi bangsa itulah perjuangan kita saat ini dan untuk tetap bertahan dari gempuran “penjajahan modern” bernama globalisasi dan kapitalisme yang terus menambah semangat juang kita, tak ada salahnya untuk mengingat kembali perjuangan para pahlawan kita di masa penjajahan dahulu. Perjuangan para pahlawan hendaknya terus diingat, diteladani dan terus diceritakan bagi generasi penerus. Terkadang sedih hati ini bila saya bertanya pada adik saya tentang para pahlawan, hanya sedikit saja yang diketahui namanya apalagi perjuangannya. Jangankan adik saya, mungkin kita-kita yang sudah dewasa dan bahkan pernah mendapat pelajaran sejarah hingga bangku SMA pun bila ditanya mengenai pahlawan nasional, hanya beberapa saja yang kita ingat. Sebenarnya banyak cerita pahlawan yang menarik, tapi sebagai orang Banten maka tentunya saya akan membahas tentang Sultan Ageng Tirtayasa. Bagi orang Banten tentu nama pahlawan yang satu ini sangat dikenal. Bahkan namanya menjadi nama salah satu universitas negeri di Kota Serang. Tapi mungkin banyak yang belum mengetahui bagaimana perjuangan kisah pahlawan Banten yang satu Ageng Tirtayasa, merupakan penguasa Banten yang terkenal cakap dalam menjalankan pemerintahan di Banten pada sekitar tahun 1651-1683. Dalam masa pemerintahannya, Banten mengalami masa kejayaan terutama dalam bidang perdagangan dan penyebaran agama Sultan Ageng Tirtayasa dalam Mengembangkan Perdagangan BantenDalam pengembangan bidang perdagangan, beliau sejak masih dalam usia muda dan bergelar Sultan Abdul Fathi telah mengamati bahwa adanya VOC di Batavia suatu saat akan membahayakan Banten dalam bidang perdagangan. Praktek monopoli perdagangan yang dilakukan VOC akan merugikan perekonomian Banten, hal ini disebabkan para pedagang yang akan berlayar ke pelabuhan Banten harus singgah dulu di Batavia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan Ageng Tirtayasa mengeluarkan sejumlah kebijakan, yakni memperluas wilayah perdagangan dengan memperluas daerah kekuasaan dan mengusir Belanda dari kebijakan itu, Banten menjadi kota pelabuhan dan perdagangan yang amat penting di Selat Malaka, dibandingkan Batavia. VOC yang tidak menyukai hal ini kemudian melakukan blokade perdagangan dengan Banten. Hingga akhirnya setelah tiga tahun lamanya, dan dampak blokade makin terasa akhirnya Banten terpaksa menyatakan pengakuan atas hak-hak Belanda dan perdagangan Banten pun dibatasi. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena beberapa bulan setelahnya Sultan Ageng Tirtayasa kembali membuka Banten sebagai pelabuhan Sultan Ageng Tirtayasa dalam Penyebaran Agama IslamDi saat yang bersamaan, Sultan Ageng Tirtayasa pun menginginkan Banten menjadi Kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Beliau menaruh perhatian yang sangat besar dalam bidang agama. Salah satunya ialah dengan mengangkat Syekh Yusuf, seorang ulama Makassar, menjadi mufti kerajaan yang bertugas menyelesaikan permasalahan agama dan penjadi penasihat sultan di kerajaan. Selain itu, beliau juga meningkatkan pendidikan agama baik di lingkungan kerajaan maupun rakyatnya dengan mendirikan berbagai pondok pesantren. Agama Islam pun berkembang pesat disertai dengan pembangunan berbagai sarana beribadah seperti mushala dan Perebutan Kekuasaan Kerajaan BantenSultan Ageng Tirtayasa dikaruniai dua putra, yakni Pangeran Gusti dan Pangeran Purbaya. Awal mula perebutan kekuasaan Kerajaan Banten bermula setelah kepulangan Pangerang Gusti dari Mekah. Kepergian Pangeran Gusti atau lebih dikenal dengan Sultan Haji ke Mekah sebenarnya dimaksudkan agar Pangerang Gusti dapat melihat perkembangan agama Islam di berbagai negara dan menyebarkan wawasan dan pengetahuan agama Islam-nya di bumi Banten. Selama kepergian Pangeran Gusti, tugas-tugas pemerintahan untuk sementara diserahkan pada Pangeran Purbaya setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengundurkan kepulangan Sultan Haji dari Mekah dia melihat peranan adiknya yang lebih besar di bidang pemerintahan. Hal ini memicu pertikaian antara Sultan Haji dengan Pangeran Purbaya dan Sultan Ageng Tirtayasa. Sejak konflik ini muncul, Sultan Ageng Tirtayasa sering pergi ke dusun Tirtayasa, dan bahkan mendirikan keraton baru. Dusun Tirtayasa sebenarnya merupakan awal mula julukan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut, pada mulanya beliau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Abdul Keraton dan Asa yang belum HabisMasalah internal dalam kerajaan Banten ini tentunya tidak luput dari pengamatan Belanda yang masih mncari celah untuk melemahkan kerajaan Banten. Belanda kemudian mendekati Sultan Haji dan mengadu-domba dirinya dengan ayahnya. Belanda memanas-manasi Sultan Haji bahwa ayahnya kelak akan mngangkat Pangeran Purbaya sebagai Sultan, bukan dirinya. Akibatnya, Sultan Haji pun melakukan perjanjian dengan Belanda dan mengkudeta ayahnya dari tahta kesultanan tahun itu, setelah penggulingan kekuasaan tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa tidak lantas berdiam diri. Beliau langsung menyusun kekuatan bersenjata guna mengepung Sultan Haji di Sorosowan Banten. Karena terus terdesak akhirnya Sultan Haji meminta bantuan Belanda. Dipimpin Kapiten Tack dan de Saint Martin, Belanda juga menyerang benteng Tirtayasa dan dapat menaklukkannya meski menderita kerugian besar. Akan tetapi sebelum Belanda memasuki benteng tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa sempat terlebih dulu membakar seluruh isi benteng dan lantas melarikan diri bersama Pangeran Purbaya dan pengikutnya. Walau pertahanan terakhir Sultan Ageng sudah jatuh, namun Belanda tidak otomatis dapat memadamkan perlawanan rakyat Gerilya dari Hutan Kranggan dan Adu Domba BelandaMeski kratonnya telah terbakar hangus, namun Sultan Ageng Tirtayasa tidak menghentikan perlawanannya sama sekali. Beliau masih memimpin perlawanan secara gerilya dari dalam hutan Kranggan bersamapara pengikutnya. Sultan Haji yang makin terdesak dan melakukan tipu-muslihat bersama Belanda dengan meminta Sultan Ageng Tirtaya untuk kembali ke keraton. Tanpa kecurigaan sedikit pun, beliau akhirnya kembali ke keraton, namun setibanya disana beliau ditangkap oleh Belanda. Akibat pengkhianatan yang dilakukan putranya itu pula, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan kemudian dijebloskan ke penjara di Jakarta. Akhirnya pada tahun 1682, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia dan sebelum kematiannya beliau meminta untuk dimakamkan di samping makam Para Sultan di Masjid Agung. Demikianlah kisah singkat dari Sultan Ageng Tirtayasa. Mudah-mudahan bisa menjadi pengingat dan pemacu semangat kita dalam berkarya. Ingatlah perjuangan beliau yang bahkan tetap tidak mau menyerahkan Banten kepada kompeni Belanda hingga meski beliau telah terdesak dan terpaksa membumihanguskan keratonnya. Beliau tetap melanjutkan perlawanan secara gerilya dari hutan Kranggan. Perjuangan beliau tidak kenal lelah dan tidak rela bila tanah Banten dikuasai pun ialah pemimpin yang selain memperhatikan aspek perdagangan juga turut memperhatikan penyebaran agama Islam di tanah Banten. Sehingga pada masa kejayaannya, Banten menjadi kota pelabuhan dan perdagangan penting di Selat Malaka serta menjadi pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa khususnya diakhir perjuangannya, beliau tertangkap atas tipu-muslihat Sultan Haji dan Belanda, namun hal itu bukanlah karena dia menyerah secara sukarela. Beliau menyerah karena memang dijebak. Dijebak oleh pengkhianatan putranya sendiri. Mungkin dalam lubuk hati Sultan Ageng Tirtayasa, beliau masih ingin berbaikan dengan putranya dan memaafkan segala kesalahan putranya itu dengan tulus meski di akhir perjuangannya, putranya pula yang akhirnya mengakhiri perjuangan banyak kisah pahlawan Banten lainnya, yang mungkin dalam kesempatan lain akan saya kisahkan. Semoga menjadi inspirasi bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk tidak mengenal kata menyerah dalam berkarya. Akhir perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa hendaknya menjadi pengingat untuk terus bersikap waspada dan menyaring segala arus informasi yang bertebaran di sekitar kita. Tidak semua informasi harus diterima, tetapi harus disaring sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan semangat berkarya, teladani kisah para pahlawan jadikan semangat baru bagi kita dalam menjalani lika-liku kehidupan ini ! Jangan Mudah Menyerah! Lihat Humaniora Selengkapnya Padatahun 1671, Putera Mahkota bernama Abdul Kahar diangkat sebagai Sultan pembantu. Sesudah pulang dari Mekkah, Sultan Abdul Kahar terkenal sebagai Sultan Haji. Berlainan dengan Sultan Ageng, Sultan Haji ini tidak bermusuhan terhadap VOC. Ia menganjurkan agar Banten bersahabat dengan Belanda di Batavia. Sultan Ageng tidak senang akan sikap - Sultan Ageng Tirtayasa adalah Sultan Banten keenam, yang memimpin sejak 1651 hingga 1683. Pada masa kekuasaannya, Kesultanan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan. Di sisi lain, masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa juga diwarnai konflik internal kerajaan. Sultan Ageng Tirtayasa diketahui memiliki beberapa anak, salah satunya adalah Sayyidi Syeikh Maulana Mansyuruddin atau Sultan internal di Kesultanan Banten terjadi akibat perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Lantas, apa penyebab konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji, serta bagaimana akhirnya? Baca juga Sultan Haji, Raja Kesultanan Banten yang Berkhianat demi KekuasaanSultan Haji bersekongkol dengan VOC Latar belakang konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji adalah upaya Sultan Haji merebut kekuasaan dengan bersekongkol bersama VOC. Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu raja di Nusantara yang menentang keras pendudukan VOC di Indonesia. Pada 1652, Sultan Ageng Tirtayasa mengirimkan tentaranya untuk menyerang VOC di Jakarta, yang kemudian berujung pertempuran antara Kesultanan Banten dengan Belanda. Peran Sultan Ageng Tirtayasa dalam upaya mempertahankan Kesultanan Banten adalah melakukan sabotase dan perusakan kebun tebu serta pabrik-pabrik penggilingan VOC pada 1656. Pasukan Banten juga membakar kampung-kampung yang dijadikan sebagai pertahanan Belanda.
Putrasultan ageng tirtayasa yang bersahabat dengan penjajah belanda adalah - 18029399 himma1021 himma1021 02.10.2018 Sejarah Sekolah Menengah Pertama terjawab Putra sultan ageng tirtayasa yang bersahabat dengan penjajah belanda adalah 1 Lihat jawaban JAWABAN YANG BENAR YAITU SULTAN HAJI
- Sultan Ageng Tirtayasa merupakan pahlawan nasional Indonesia yang pernah menjadi penguasa Kerajaan Banten periode 1651-1682. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan dan kerap melawan kekuasaan VOC yang ingin melakukan monopoli di bidang perdagangan. Namun, perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa harus terhenti karena pengkhianatan putranya sendiri yang bernama Sultan ini sejarah perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa. Baca juga Konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa Gelar Sultan Ageng Tirtayasa saat naik takhta pada 1651 adalah Sultan Abdulfath. Di bawah pimpinannya, Kerajaan Banten mencapai puncaknya dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, keagamaan, dan kebudayaan. Dalam bidang politik, Kerajaan Banten terus-menerus melawan kolonialisme VOC, baik di darat ataupun melalui laut. Sejak sebelum Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa, Belanda selalu berusaha menghalang-halangi perkembangan perdagangan Banten yang dikhawatirkan merugikan perdagangan VOC di Batavia Jakarta. Berbeda dari penguasa Banten sebelum-sebelumnya, Sultan Ageng Tirtayasa sangat membenci VOC dan tidak mau tinggal diam menyaksikan kelicikan bangsa penjajah. Baca juga Alasan Sultan Ageng Tirtayasa Melakukan Perlawanan terhadap VOC Salah satu bentuk perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa adalah melakukan penyerangan dengan sistem gerilya terhadap Batavia lewat darat, dan serangan-serangan kecil melalui laut.
NyimasMelati adalah pahlawan yang berasal dari Serang yang berjuang dalam perebutan kemerdekaan di wilayah Tangerang. Beliau merupakan anak dari Raden Kabal dan mengikuti perjuangan sang ayah dalam melawan Belanda. Untuk menghormati jasanya, namanya diabadikan dalam sebuah gedung yaitu Gedung Wanita Nyimas Melati di Jalan Daan Mogot.
- Kesultanan Banten pernah dipimpin oleh raja yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1683 M. Pada periode kepemimpinannya tersebut, raja yang dikenal sebagai Pangeran Surya ini pernah melakukan perlawanan terhadap VOC, kongsi dagang Belanda. Berdasarkan catatan Sardiman dan Amurwani Dwi dalam buku ajar Sejarah Indonesia 201474, Banten mempunyai lokasi yang cukup strategis sebagai salah satu pusat perdagangan internasional. Hal ini membuat Belanda yang kala itu dengan organisasi dagang bernama VOC tertarik untuk menguasai Banten. Mulai 1619, VOC sudah berhasil menguasai dan membangun benteng pertahanan di Batavia sekarang Jakarta. Pada akhirnya, kedua belah pihak, Banten dan VOC, saling bertikai untuk menjadi pusat dagang internasional. Pada 1651 M, seorang bernama Pangeran Surya naik menjadi pemimpin Kesultanan Banten bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Situasi konflik yang sudah terjadi dengan VOC sebelumnya kian memanas berkat perlawanan yang dilakukan pemimpin baru ini. Lantas, bagaimana sejarah perlawanan tersebut? Perlawanan Sultan Ageng TirtayasaKala menjadi Raja Banten, Sultan Ageng Tirtayasa telah melakukan beberapa strategi untuk memulihkan kembali Banten sebagai bandar perdagangan internasional. Dalam Modul Sejarah Indonesia 202014, Anik Sulistiyowati menjabarkan beberapa strategi tersebut Mengundang para pedagang dari Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis berdagang di Banten. Meluaskan interaksi dagang dengan bangsa Cina, India, dan Persia. Mengirim beberapa kapal dengan maksud mengganggu pasukan VOC. Membuat saluran irigasi sepanjang Sungai Ujung Jawa sampai Pontang yang ditujukan sebagai persiapan suplai perang dan pengairan sawah. Rupanya, segala yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut terjadi karena VOC sering menghadang kapal asal Cina yang tengah melakukan perjalanan ke Banten. Dengan semangat mempertahankan kehidupan Banten, Pangeran Surya tidak segan melakukan gangguan balik kepada pihak VOC. Di tengah situasi konflik, pada 1671, Sultan Ageng Tirtayasa menitahkan Sultan Haji menjadi orang yang mengurus masalah dalam negeri Banten. Terkait masalah dengan luar negeri, merupakan urusan Sultan Ageng sendiri. Akan tetapi, pengangkatan Sultan Haji ini membawa keuntungan kepada VOC. Berkat dukungan VOC, Sultan Haji justru merebut kekuasaan Banten dan menjadi raja di Istana Surosowan pada 1681. Sebagai imbal balik dukungannya VOC, Sultan Haji harus menandatangani perjanjian. Isinya, Kesultanan Banten musti memberikan daerah Cirebon kepada VOC, monopoli lada di Banten diambil alih VOC, dan pasukan Banten yang ada di pantai Priangan harus ditarik mundur. Terakhir, VOC meminta ringgit jika Banten nantinya mengingkari perjanjian yang telah disebutkan. Kelakuan Sultan Haji ini membuat rakyat Banten tidak mengakuinya sebagai pemimpin. Bahkan, rakyat Banten kala itu lebih ingin melakukan perlawanan terhadap Sultan Haji yang disertai VOC. Sultan Ageng Tirtayasa beserta rakyat yang mengikuti jalurnya berniat mengambil kembali Kesultanan Banten. Pada 1682, Sultan Haji mulai terdesak oleh serangan pasukan Sultan Ageng dan istana Surosowan pun dikepung. Akan tetapi, VOC datang memberikan bantuan kepada Sultan Haji. Pasukan Sultan Ageng pun dipukul mundur kala itu dan pemimpinnya ini dijadikan sebagai buronan. Ia bersama para pengikutnya melarikan diri ke Rangkasbitung dan melakukan perlawanan selama kurang lebih setahun lamanya. Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap karena ditipu oleh VOC. Ia ditahan oleh Belanda di penjara daerah Batavia sampai 1692, tepat ketika dirinya menutup usia. - Pendidikan Kontributor Yuda PrinadaPenulis Yuda PrinadaEditor Agung DH Ketikamemasuki tahun 1680, Sultan Ageng Tirtayasa melancarkan gempurannya terhadap VOC. Sebab adanya bentuk penganiayaan terhadap para pedagang yang beridentitas Banten yang dilakukan oleh VOC. Akan tetapi, Sultan Ageng Tirtayasa mengalami kekalahan karena ia tertangkap oleh VOC. Sebab Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap karena terjebak tipuan adalah1Lihat jawabanIklanIklan barris7456barris7456Jawaban Sultan Abdul KaharPenjelasan maaf kalo salah IklanIklanPertanyaan baru Sejarahbuatlah contoh perilaku sabar dan syukur yang terjadi didalam lingkungan kehidupan apa mengancam kesejahteraan masyarakat Apa maksud tradisi kolak ayam dan dimana Tahun1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC dengan tipu muslihat. Sultan Ageng ditawan di Batavia sampai wafatnya pada tahun 1692. Dengan demikian, bentuk perjuang melawan penjajah oleh Sultan Ageng Tritayasa adalah dengan melakukan perlawanan fisik seperti menyerang kapal dagang VOC, melakukan berbagai serangan-serangan SultanAgeng Tirtayasa (1631 - 1683) atau Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah atau Pangeran Ratu Ing Banten adalah putra Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad yang menjadi sultan Banten periode 1640 - 1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai eYTMdl.
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/833
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/697
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/345
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/839
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/713
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/988
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/891
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/325
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/687
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/68
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/233
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/568
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/589
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/36
  • 08p2dsiwd2.pages.dev/355
  • putra sultan ageng tirtayasa yang bersahabat dengan penjajah belanda adalah